BANTAHAN TERHADAP KELOMPOK YANG MENOLAK
SIFAT AL ULUW. (ALLAH BERADA DI ATAS)
I. Pendahuluan
Merupakan bagian dari kesempurnaan aqidah seorang Muslim adalah mempercayai dan mengimani apa-apa yang diturunkan Allah Ta’ala dan dijelaskan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah, Maka dalam kesempatan ini akan kami akan membahas sekilas tentang sifat Al Uluw (Allah berada di atas).
II. Pengertian Sifat Al Uluw
Pengertian Uluw secara bahasa adalah yang tinggi
Sedangkan pengertian secara istilah adalah syar’I, ‘Uluw terdiri dari tiga segi, yaitu:
1. ‘Uluw ad-Dzat : yaitu, ‘Uluw (Ketinggian) Dzat Allah atas segala makhluk-Nya, dan sifat ini bersifat umum. Juga sifat ‘Uluw Allah yaitu Istiwa’-Nya Allah di atas ‘Arsy-Nya, dan ini secara khusus. Dan inilah istilah yang dimaksudkan disini.
2. ‘Uluw al-Qadr wa al-Manzilah : yaitu, Allah Yang Maha Mempunyai Kemampuan atas segala sesuatu, dan mempunyai kedudukan yang Maha Tinggi atas segala sesuatu yang tidak ada satu makhluk pun yang dapat menyamai-Nya.
3. ‘Uluw al-Qahr : yaitu, Allah Yang Maha Kuasa atas sekalian hamba-Nya dan Makhluk-Nya. Tidak ada sesuatu pun yang ada di langit dan bumi ini, melainkan dengan Kuasa-Nya.
III. Dalil dali yang menetapkan sifat Al Uluw Bagi Allah
Banyak sekali dalil dalil yang menunjukkan ketinggian Allah yang menunjukkan bahwa Allah tinggi di atas makhluk dan diatas hambanya.
a. Dalil dalil dari al qur’an
1. Sucikanlah Namn Rabb MU yang maha tinggi.(Qs.Al A’laa:1)
2. Mereka takut kepada tuhan mereka yang di atas mereka. (Qs.An Nahl:50)
3. Sesungguhnya dia (Allah) maha tinggi lagi maha bijaksana.(Qs.As Syura:51)
b. Dalil dari As Sunnah
1. Dari Mu’awiyah bin Al-Hakam As-Sulamy radiyallahu ‘anhu, beliau berkata : “Saya mempunyai seorang budak perempuan yang mengembalakan kambing-kambingku di arah gunung Uhud dan Al-Jawwaniyyah (sebelah utara Madinah). Maka suatu hari (ketika) saya mengontrol ternyata seekor serigala telah membawa (memangsa) seekor kambingku dan saya adalah seorang lelaki dari anak Adam sayapun marah sebagaimana (umumnya) anak Adam. Tetapi saya memukulnya dengan sekali pukulan. Lalu saya mendatangi Nabi shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wa sallam. Maka beliau menganggap besar hal tersebut atasku, saya berkata : Wahai Rasulullah, bolehkah saya memerdekan dia ?. Rasulullah menjawab : “Datangkanlah dia”, maka saya mendatangkannya. Kemudian Rasulullah bertanya kepadanya : “Dimana Allah?”. Dia menjawab : “Di atas langit”. Dan beliau bertanya (lagi) : “Siapakah aku?”. Dia menjawab : “Engkau adalah Rasulullah”. Kemudian beliau bersabda : “Merdekakanlah dia karena sesungguhnya dia adalah seorang yang mukminah”. ( HR.Muslim no. 537)
c. Ijma para ulama
Sesungguhnya para sahabatn tabiin dan para imam telah sepakat akan ketinggian Allah di atas langitnya bersemayam di atas Arsy nya. Diantara pendapat mereka adalah sebagai berikut :
1. Berkata Abu Nashr As-Sijzy : “Dan para imam kami –seperti : Ats-Tsaury, Malik, Ibnu ‘Uyyainah, Hammad bin Zaid, Al-Fudhoil, Ahmad dan Ishaq- semuanya sepakat bahwa Allah berada di atas Arsy dengan Dzat-Nya dan sesungguhnya Ilmu-Nya ada di seluruh tempat”. (Ijtima‘ul Juyusy hal. 97)
2. Berkata Abu ‘Umar Ath-Thalmanky di dalam kitabnya yang berjudul Al-Ushul : “Sepakat kaum muslimin dari kalangan Ahlussunnah bahwasanya Allah istiwa` di atas Arsy dengan Dzat-Nya”.( Ijtima‘ul Juyusy hal. 101 dan Syarh Haditsun Nuzul hal. 142).
3. Imam Adz Zahabi berkata ucapan para salaf dan para imam bahkan para sahabat dan seluruh kaum muslimin bahwa Allah di atas langit dan di atas arsy dan bahwa Allah turun ke langit dunia
d. Penetapan dengan dalil akal
1. Dari dulu Allah itu ada dan tidak ada sesuatu apapun bersama-Nya kemudian Allah menciptakan makhluk maka tatkala Allah menciptakan mereka maka hanya ada dua kemungkinan, Allah menciptakan makhluk-Nya berada dalam diri-Nya atau menciptakannya diluar diri-Nya, yang pertama adalah bathil secara pasti dengan kesepakatan. Sebab Allah di sucikan dari hal-hal yang bertentangan dan disucikan merasuk di kotoran-kotoran, Maha Tinggi Allah dari hal tersebut.
2. Bahwasanya arah diatas adalah arah yang paling mulia dan itu menunjukkan sifat kesempurnaan, tidak ada kekurangan dari sisi manapun juga, maka dengan hal itu mengharuskan akan kekhususan Allah dengan hal tsb dan ini adalahi kelaziman Dzat-Nya maka tidak ada wujud selain Dzat-Nya kecuali Allah tinggi berada diatasnya.
e. Penetapan dengan dalil fitrah
Penetapan ketinggian Allah ta’ala berdasarkan dalil fitrah adalah terbukti ketika semua manusia dengan fitrahnya mengangkat tangan mereka ketika berdoa mengarahkan tangannya keatas dengan hati mereka saat memohon kepada Allah ta’ala.
IV. Kelompok yang menolak sifat Allah Al Uluw
Jahmiyyah dan Mu’tazilah menolak sifat tinggi bagi Allah (bahwa Allah ada di atas). Padahal sifat ini telah ditunjukkan oleh dalil-dalil yang sangat banyak sekali; baik dalil syar’i maupun dalil akal. Bahkan Allah telah memfithrahkan manusia untuk meyakini ketinggian Allah Ta’ala
Maka alasan Jahmiyyah dan Mu’tazilah mengingkari ketinggian Allah adalah karena mereka mengingkari keberadaan Allah di arah tertentu. Menurut mereka: “Kalau Allah berada diarah tertentu termasuk di antaranya arah atas maka berarti Allah sama dengan makhluk-Nya.”
V. Bantatahan kepada kolompok yang menolak sifat Al Uluw Allah
Penetapan kata-kata arah bagi Allah tidak pernah terdapat baik dalam Al Qur’an dan sunnah maupun perkataan para ulama salaf. Maka kita tidak boleh menafikan maupun menetapkan sesuatu sifat terhadap Allah yang tidak disebutkan Al Qur’an maupun sunnah. Hal ini diharamkan dalam agama karena menisbahkan tentang sesuatu kepada Allah tanpa ada dalilnya.
Kata-kata arah adalah termasuk kalimat yang global. Untuk itu perlu diminta penjelasan dari maksud kalimat tersebut dari sipengucapnya.Kata-kata arah bisa berarti arah makhluk, dan bisa pula berarti arah yang di luar makhluk. Bila arah diartikan tempat makhluk, maka jelas Allah tidak bertempat pada makhluknya. Ahlussunnah tidak pernah memahami bahwa Allah berada dalam makhlu-Nya. Aka tetapi bila arah diartikan adalah arah Allah itu sendiri bukan makhluk, maka Allah berada pada arah-Nya sendiri yaitu di atas seluruh makhluk Namun demikian Ahlussunnah tidak memboleh penggunakan kata-kata arah untuk penyebutan sifat ‘Uluw. Karena menimbulkan kesamaran dan membawa perselisihan disamping itu juga tidak sesuai dengan istilah yang terdapat dalam Al Qur’an dan Sunnah.
VI. Sikap AhluS Sunnah terhadap sifat Al Uluw
Sifat Al Uluw merupakan salah satu dari sifat-sifat dzatiyah Allah yang tidak terpisah dari-Nya. sifat Allah ini sebagaimana sifat Allah lainnya di terima dengan penuh keimanan dan pembenaran oleh Ahlus sunnah wal jama’ah, sifat ini di tunjukkan oleh Al qur’an, As Sunnah, Ijma, akal dan fitrah.
VII. Penutup
Dari pejelasan di atas maka tidak ada lagi keraguan bagi seorang muslim untuk mengimani bahwa Allah Maha Tinggi secara mutlak di atas seluruh makhluknya. Maka oleh sebab itu ketika mereka berdo’ mengarah ke arah atas langit, karena Allah berada di atas mereka. sudah seharusnya mengimani segala khabar yang diberitakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan sebenar-benar iman. Wallahu a’lam.
VIII. Refrensi
1. Syarah Aqidah Thahawiyah, Imam Ibnu Izz Al Hanafi. Cet Darul Haq th.2015
2. Syarah Aqidah ahlus sunnah wal jama’ah, Yazid bin Abdul Qadir Jawaz. Cet. Pustaka Imam Asy Syfi’I th.2009
3. Pdf Catatan terhadap buku 37 masalah populer, Abu Ubaidah yusuf bin Mukhtar As Sidawi.cet.Media dakwah Al Furqon
4. Aqidahwalfiraq.wordpress.com
5. Al Atsariyyah.com
(Penulis Abu Fathiyah An Nafisah)
0 Response to " "
Post a Comment