✍ Muadz bin Jabal Radhiallaahu’anhu berkata :
“Andaikata orang yang berakal itu mempunyai dosa pada
pagi dan sore hari sebanyak bilangan pasir, maka akhirnya dia cenderung masih
bisa selamat dari dosa dosa itu.
Andaikata orang yang bodoh itu
mempunyai kebaikan dan kebajikan pada pagi dan sore hari sebanyak bilangan
pasir, maka akhirnya dia cenderung tidak bisa mempertahankannya sekalipun hanya
seberat biji sawi.
Ada yang bertanya,”Bagaimana hal itu bisa terjadi?” Muaz
bin Jabal Radhiallaahu’anhu menjawab,“Sesungguhnya jika orang yang berakal itu
tergelincir maka dia segera menyadarinya dengan cara bertaubat dan menggunakan
akal yang dianugerahkan kepadanya. Tetapi orang bodoh itu ibarat orang yang
membangun dan merobohkannya. Karena kebodohan itu terlalu mudah melakukan apa
yang bisa merusak amal sholehnya”.
(Raudhoh Al Muhibbin wa nuzhan Al Musytaqin, karya Imam
Ibnul Qoyyim Al Jauziyyah)
LEBIH CEPAT DARI ALIRAN AWAN
✍ Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata:
⏰ "Waktu seseorang itulah
hakekat umurnya, dialah penentu kehidupan abadinya (di kemudian hari), apakah
dalam kenikmatan abadi ataukah dalam kehidupan sengsara dalam adzab abadi yang
pedih…
⛅ Waktu berlalu lebih cepat dari
aliran awan. Maka siapa saja yang waktunya dihabiskan untuk Allah dan karena
Allah maka waktu itulah hakekat umur dan kehidupannya.
💦 Adapun selain itu (jika
waktunya tidak dihabiskan untuk dan karena Allah) maka waktu tersebut pada
hakekatnya bukanlah termasuk kehidupannya, akan tetapi kehidupannya laksana
ibarat kehidupan hewan. Jika ia menghabiskan waktunya dalam kelalaian dan
syahwat, serta angan-angan yang batil, dan waktu yang terbaiknya adalah yang ia
gunakan untuk tidur dan nganggur maka MATINYA orang yang seperti ini lebih baik
dari pada hidupnya"
( Al Jawaab Al Kaafi hal 109)
MANUSIA YANG PALING BERBAHAGIA
💦Syaikhul Islam Ibnu
Taimiyyah rohimahullohu berkata:
فأسعد الخلق وأعظمهم نعيما وأعلاهم درجة
أعظمهم اتباعا وموافقة له علما وعملا اهـ.
“Maka makhluq yang paling beruntung, paling agung
kenikmatannya dan paling tinggi derajatnya adalah makhluq yang paling besar
mutaba’ahnya (sikap ikutnya) dan kesesuaiannya dengan beliau (Rosululloh
-shollallohu ‘alaihi wasallam-) baik secara ilmu maupun amalan.” (“Majmu’ul
Fatawa”/4/hal. 26).
KEUTAMAAN MENUNTUT ILMU
✍🏻 Ibnul Qayyim Al Jauziyah
Rahimahullah berkata:
"من طلب العلم ليحيى به الاسلام فهو من الصديقين
ودرجته بعد درجة النبوة"
"Barangsiapa yang menuntut ilmu syar'i dalam rangka
menghidupkan (membela) Islam, maka ia
digolongkan termasuk as-Shiddiqqin, dan
derajat tersebut setingkat dibawah derajat kenabian."
[Miftah Daaris Sa'adah (1/121)]
MENELADANI SEMANGAT PARA ULAMA DALAM MENUNTUT ILMU
Semoga Allah menolong kita agar kita tidak termasuk orang-orang
yang berpangku tangan, bermalas-malasan dan lalai dari menolong dan mempelajari
ilmu agama. Semoga juga kita bukan orang-orang yang belajar agama ala kadarnya
dan seadanya, padahal ilmu agama ini begitu penting lebih penting dari makan
dan minum.
Imam Ahmad Rahimahullah mengatakan:
الناس محتاجون إلى العلم قبل الخيز و الماء
لأن العلم محتاجون إليه الإنسان في كل ساعة و الخبز و الماء في اليوم مرة أو مرتين
“Manusia lebih
membutuhkan ilmu agama daripada roti dan air minum. Karena manusia butuh kepada
ilmu agama setiap waktu, sedangkan mereka membutuhkan roti dan air hanya sekali
atau dua kali dalam sehari”
(Thabaqat Al
Hanabilah, 1/390, Al Adab Asy Syar'iyyah 2/44-45)
0 Response to "MUTIARA SALAF"
Post a Comment