RINGKASAN FIQIH SYIYAM (PUASA RAMADHAN)


*A. PENGERTIAN PUASA*

Puasa atau Syiyam adalah menahan diri dari segala yang membatalkan puasa sejak terbitnya fajar sampai terbenamnya matahari disertai dengan niat untuk beribadah kepada Allah.

*B. KEUTAMAAN PUASA*

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

قَالَ اللَّهُ : كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ لَهُ إِلاَّ الصِّيَامَ ، فَإِنَّهُ لِى ، وَأَنَا أَجْزِى بِهِ وَالصِّيَامُ جُنَّةٌ ، وَإِذَا كَانَ يَوْمُ صَوْمِ أَحَدِكُمْ ، فَلاَ يَرْفُثْ وَلاَ يَصْخَبْ ، فَإِنْ سَابَّهُ أَحَدٌ ، أَوْ قَاتَلَهُ فَلْيَقُلْ إِنِّى امْرُؤٌ صَائِمٌ . وَالَّذِى نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لَخُلُوفُ فَمِ الصَّائِمِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ ، لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ يَفْرَحُهُمَا إِذَا أَفْطَرَ فَرِحَ ، وَإِذَا لَقِىَ رَبَّهُ فَرِحَ بِصَوْمِهِ

“Allah berfirman,’Setiap amal anak Adam adalah untuknya kecuali puasa. Puasa tersebut adalah untuk-Ku dan Aku yang akan membalasnya. Puasa adalah perisai. Apabila salah seorang dari kalian berpuasa maka janganlah berkata kotor, jangan pula berteriak-teriak. Jika ada seseorang yang mencaci dan mengajak berkelahi maka katakanlah,’Saya sedang berpuasa’. Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, sesungguhnya bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah pada hari kiamat daripada bau misk/kasturi. Dan bagi orang yang berpuasa ada dua kegembiraan, ketika berbuka mereka bergembira dengan bukanya dan ketika bertemu Allah mereka bergembira karena puasanya’. “ (HR. Bukhari dan Muslim)


مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

“Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadhan karena iman dan mengharap pahala dari Allah maka dosanya di masa lalu pasti diampuni”. (HR. Bukhari dan Muslim)

إِنَّ فِى الْجَنَّةِ بَابًا يُقَالُ لَهُ الرَّيَّانُ ، يَدْخُلُ مِنْهُ الصَّائِمُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ، لاَ يَدْخُلُ مِنْهُ أَحَدٌ غَيْرُهُمْ ، يُقَالُ أَيْنَ الصَّائِمُونَ فَيَقُومُونَ ، لاَ يَدْخُلُ مِنْهُ أَحَدٌ غَيْرُهُمْ ، فَإِذَا دَخَلُوا أُغْلِقَ ، فَلَمْ يَدْخُلْ مِنْهُ أَحَدٌ

“Sesungguhnya di surga ada sebuah pintu yang bernama  Ar-Royyaan. Pada hari kiamat orang-orang yang berpuasa akan masuk surga melalui pintu tersebut dan tidak ada seorang pun yang masuk melalui pintu tersebut kecuali mereka. Dikatakan kepada mereka,’Di mana orang-orang yang berpuasa?’ Maka orang-orang yang berpuasa pun berdiri dan tidak ada seorang pun yang masuk melalui pintu tersebut kecuali mereka. Jika mereka sudah masuk, pintu tersebut ditutup dan tidak ada lagi seorang pun yang masuk melalui pintu tersebut”. (HR. Bukhari dan Muslim)


*C. HUKUM PUASA RAMADHAN*

Puasa ramadhan Hukumnya wajib atas setiap muslim yang baligh, berakal, sehat badan, dan bermukim.
Yang menunjukkan bahwa puasa Ramadhan itu wajib adalah dalil Al Qur’an dan As Sunnah.

*💦Di antara dalil dari Al Qur’an adalah firman Allah Ta’ala:*

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS. Al Baqarah : 183)

*💦Dalil dari As Sunnah adalah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:*

بُنِىَ الإِسْلاَمُ عَلَى خَمْسٍ شَهَادَةِ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ ، وَإِقَامِ الصَّلاَةِ ، وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ ، وَالْحَجِّ ، وَصَوْمِ رَمَضَانَ

“Islam dibangun di atas lima perkara: bersaksi bahwa tidak ada ilah (sesembahan) yang berhak disembah melainkan Allah dan Muhammad adalah utusan-Nya; menegakkan shalat; menunaikan zakat; menunaikan haji; dan berpuasa di bulan Ramadhan.(HR Bukhari No.8 Muslim No.16)

*D. PENETAPAN AWAL PUASA RAMADHAN*

Penetapan awal puasa ramadhan di tentukan denga dua cara yaitu :

*1. Melihat hilal bulan Ramadhan*

Allah ta’ala berfirman:

فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ

Karena itu, barangsiapa di antara kamu menyaksikan (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan tersebut.” (QS. Al Baqarah: 185)

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

الشَّهْرُ تِسْعٌ وَعِشْرُونَ لَيْلَةً ، فَلاَ تَصُومُوا حَتَّى تَرَوْهُ ، فَإِنْ غُمَّ عَلَيْكُمْ فَأَكْمِلُوا الْعِدَّةَ ثَلاَثِينَ

”Apabila bulan telah masuk kedua puluh sembilan malam (dari bulan Sya’ban). Maka janganlah kalian berpuasa hingga melihat hilal. Dan apabila mendung, sempurnakanlah bulan Sya’ban menjadi tiga  puluh hari.(HR Bukhari No.1907)

إِذَا رَأَيْتُمُوهُ فَصُومُوا, وَإِذَا رَأَيْتُمُوهُ فَأَفْطِرُوا, فَإِنْ غُمَّ عَلَيْكُمْ فَاقْدُرُوا لَهِ


Jika kalian melihat hilal, maka berpuasalah. Jika kalian melihatnya lagi, makaberhari rayalah. Jika hilal tertutup, maka genapkanlah (bulan Sya’ban menjadi 30 hari).” (HR Bukhari No.1900 Muslim No.1080).

*2. Menyempurnakan bilangan sya’ban tiga puluh hari jika hilal tidak Nampak atau tertutup mendung*


‘Aisyah Radhiyallahu anhuma dalam pernyataannya:

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَحَفَّظُ مِنْ شَعْبَانَ مَا لَا يَتَحَفَّظُ مِنْ غَيْرِهِ ثُمَّ يَصُومُ لِرُؤْيَةِ رَمَضَانَ فَإِنْ غُمَّ عَلَيْهِ عَدَّ ثَلَاثِينَ يَوْمًا ثُمَّ صَامَ

“Dulu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memperhatikan bulan Sya’ban, melebihi perhatiannya terhadap bulan lain, kemudian beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa karena melihat hilal Ramadhan. Jika terhalang mendung, maka beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menggenapkan 30 hari, kemudian berpuasa”(HR Abu Dawud No.2325)

*E. BAGAIMANA HUKUM PUASA PADA HARI YANG DI RAGUKAN*

Yang di maksud dengan hari yang diragukan adalah tanggal 30 sya’ban ketika cuaca mendung .puasa pada hari ini tidaklah sepatutnya dilakukan oleh seorang muslim karena adanya larangan akan hal ini

*Dari ammar barang siapa yang berpuasa pada hari yang diragukan maka sungguh ia telah menyelisihi abul Qoosim (Rasulallah shalallahu alaihi wasalam).(HR Abu dawud No.2334)*

Kecuali jika puasa pada hari itu pertepatan pada puasa sunnah yang rutin di lakukan maka tidak mengapa.

*F. NIAT PUASA RAMADHAN*

Seseorang yang hendak berpuasa ramadhan harus berniat puasa sebelum terbitnya fajar.

Berdasarkan hadis shahih ysng diriwayatkan oleh abu dawud dan tirmizi dalam kitab sunan mereka:

*Dari Hafsah istri nabi ﷺ bahwasannya Rasulallah ﷺ bersabda barang siapa yang tidak berniat puasa sebelum fajar, maka tidak ada puasa baginya.(HR Abu Dawud No.2456 dan Tirmizi No.730 di shahihkan oleh Albani)*

Tetapi yang di maksud niat disini bukanlah dengan melafadzkan. Namun I’tiqad (keyakinan) dan berkehendak kuat untuk mengerjakan puasa. (Al Mughni IV/337)

Adapun melafadzkan niat puasa, maka hal tersebut merupakan bid’ah dalam agama, sekalipun mayoritas menganggap baik. (Sifat shaum Nabi ﷺ Syaikh Salim al Hilaly)

*Apakah niat puasa diperbarui setiap malam di bulan ramadhan ??*

Ulama berbeda pendapat tentang masalah ini,
1. Menurut jumhur ulama wajib memperbarui niat setiap malam bulan ramadhan
2. Zufar dan Malik berpendapat cukup satu niat untuk satu bulan di awal ramadhan.

Syaikh abu Malik kamal bin As Sayyid salim dalam kitabnya Shahih fiqih sunnah pendapat pertama lebih kuat berdasarkan keumuman hadis Dari Hafshah di atas. Dalam hal ini ibnu abdil hakam dari kalangan malikiyah telah mengambil sikap yang arif, berpendapat sama dengan jumhur.

*G. SUNAH SUNAH PUASA DAN ADAB ADABNYA*

*1. Sahur*

Sahur hukumnya sunnah, demikian menurut ijma ulama sebagaimana yang dinyatakan oleh Al Hafid Ibnu Hajar dalam kitabnya fathul Bari IV/139.
Adabun hikmah di syariatkannya sahur adalah sebagai pembeda antara puasa kita dan puasa ahli kitab.

Dari Amr bin ‘Ash Radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sllam bersabda.

فَصْلٌ مَا بَيْنَ صِيَامِنَا وَ صِيَامِ أَهْلِ الْكِتَابِ أَكْلَةُ السَّحَرِ

Pembeda antara puasa kita dan puasa ahli kitab adalah makan sahur (HR Muslim No. 1096)

*Keutamaan makan sahur*

Dalam sahur terdapat Barakah
Dalam hadits muttafaqun ‘alaih, dari Anas bin Malik, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

تَسَحَّرُوا فَإِنَّ فِى السَّحُورِ بَرَكَةً

“Makan sahurlah kalian karena dalam makan sahur terdapat keberkahan.” (HR. Bukhari no. 1923 dan Muslim no. 1095).

*2. Mengakhirkan makan sahur*

Dari zaid bin tsabit Radiallahu anhu ia berkata kami melakukan sahur bersama Rasulallah ﷺ kemudian beliau bangkit untuk melaksanakan sholat subuh. Saya bertanya berapakah jarak antara azan dengan sahur ? beliau menjawab kira kira bacaan 50 ayat. (HR Bukhari No.1787 dan Muslim No.1098)

Apabila terdengar azan subuh sementara makanan dan minuman masih berada di tangannya, maka ia boleh menghabiskan makanan dan minuman itu. Ini berdasarkan hadis Nabi ﷺ Dari Abu Hurairah Radiallahu anhu Rasullah ﷺ bersabda :

*Jika salah seorang dari kalian mendengar seruan azan sementara gelas masih ada di tangannya, maka janganlah ia meletakkan gelasnya hingga ia menyelesaikan keperluannya.(HR Abu Dawud No.2350 dan Al Hakim I/426 dan di shahihkan oleh Albani dalam shahih jami’ ash shagir No.609)*

*3. Menyegerakan berbuka*

Disunnahkan menyegerakan berbuka apabila telah masuk waktunya. Diriwayatkan dari sahal bin sa’ad Rasulallah ﷺ bersabda :

لَا يَزَالُ النَّاسُ بِخَيْرٍ مَا عَجَّلُوا الْفِطْرَ
Manusia senantiasa dalam kebaikan selama mereka menyegerakan berbuka. (HR Bukhari No.1957 dan Muslim No.1098)

*4. Hendaknya berbuka dengan Ruthab (Kurma basah), Tamr (kurma kering) atau air*

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ: كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُفْطِرُ قَبْلَ أَنْ يُصَلِّيَ عَلَى رُطَبَاتٍ، فَإِنْ لَمْ تَكُنْ رُطَبَاتٌ فَتُمَيْرَاتٌ، فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تُمَيْرَاتٌ حَسَا حَسَوَاتٍ مِنْ مَاءٍ

Diriwayatkan dari anas ia berkata Rasulallah ﷺ berbuka dengan beberpa butir Ruthab sebelum mengerjakan sholat, jika tidak ada ruthab beliau berbuka dengan tamr, jika tidak ada juga beliau meneguk beberapa teguk air. (HR Abu Dawud No.2356 dan tirmizi No.692)

*5. Berdoa sebelum berbuka*

Diriwayatkan dari ibnu umar ia berkata ketika Rasulallah ﷺ berbuka beliau membaca :

ذَهَبَ الظَّمَـأُ، وابْــتَلَّتِ العُرُوقُ، وثَــبَتَ الأَجْرُ إِن شَاءَ اللهُ

Telah hilang dahaga, urat-urat telah basah, dan telah diraih pahala, insya Allah.(HR Abu Dawud No.2357 dihasankan oleh Albani)

*6. Membaca Al qur’an dan berderma*

كان رسول الله صلى الله عليه وسلم أجود الناس ، وكان أجود ما يكون في رمضان حين يلقاه جبريل ، وكان يلقاه في كل ليلة من رمضان فيُدارسه القرآن ، فالرسول الله صلى الله عليه وسلم أجودُ بالخير من الريح المرسَلة

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang paling dermawan. Dan beliau lebih dermawan lagi di bulan Ramadhan saat beliau bertemu Jibril. Jibril menemuinya setiap malam untuk mengajarkan Al Qur’an. Dan kedermawanan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melebihi angin yang berhembus.” (HR. Bukhari, no.6)

*7. Menjauhi hal hal yang dapat menghapuskan pahala puasa berupa kemaksiatan*

Ia wajib menjaga lisanya dari perkataan yang sia sia perkataan yang tidak berguna, dusta, ghibah, nanimah, perkataan keji, kasar, pertengkaran serta menjaga anggota tubuh dari syahwatnya dan perkara perkara yang di haramkan. Sebab ini lah inti puasa. Perbutan maksiat tersebut dapat merusak pahala puasa bahkan dapat membatalkan pahala puasanya.

*8. Jika di caci maki, hendaknya ia mengatakan “sesungguhnya aku sedang puasa”*

Dianjurkan untuk mengatakan kepada orang yang mencacinya pada saat puasa

إِنِّيْ صَائِمٌ، إِنِّيْ صَائِمٌ
.
“Sesungguhnya aku sedang berpuasa. Sesungguhnya aku sedang berpuasa.” (HR. Al-Bukhari dengan Fathul Bari 4/103, Muslim 2/806).

*H. PERKARA PERKARA YANG TIDAK MEMBATALKAN PUASA*

*1. Masuk waktu subuh dalam keadaan junub*

Barang siapa yang tidur sementara ia berpuasa lalu bermimpi basah, maka tidak membatalkan puasanya, bahkan ia harus menyempurnakannya, Berdasarkan ijma’. demikian juga barangsiapa yang junub pada malam hari kemudian bangun pagi setelah fajar dalam keadaan puasa maka puasanya sah dan tidak ada qadha baginya, menurut jumhur ulama. Hal ini berdasarkan hadis Aisyah dan Ummu Salamah:

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – كَانَ يُدْرِكُهُ الْفَجْرُ وَهُوَ جُنُبٌ مِنْ أَهْلِهِ ، ثُمَّ يَغْتَسِلُ وَيَصُومُ
Sesungguhnya Rasulallah mendapati fajar dalam keadaaan junub karena bersetubuh dengan istrinya, kemudian beliau mandi dan berpuasa. (HR Bukhari No.1926 dan Muslim No.1109)

*2. Mencium istri dan bercumbu bagi yang mampu menahan syahwatnya*

Diriwayatkan dari Aisyah Radiallahu anha ia berkata :
*Nabi ﷺ pernah mencium dan bercumbu denganku padahal beliau sedang berpuasa dan beliau adalah orang yang paling kuat menahan syahwatnya di bandingkan kalian.(HR Bukhari No.1927 dan Muslim No.1106)*

*3. Mandi dan mengguyur kepala dengan air*

Raulallah ﷺ pernah mengguyurkan air di kepalanya dalam keadaan puasa karena haus dan panas. (HR Abu Dawud No.2348 sanadnya shahih)

*4. Berkumur kumur dan menghirup air kedalam hidung*

Rasulallah ﷺ bersabda
bersungguh sungguhlah dalam beristinsaq (memasukkan air kedalam hidung) kecuali apabila engkau berpuasa. (HR Abu Dawud No.2366)

Tidak mengapa orang yang berpuasa berkumur kumur walaupun tidak untuk berwudhu atau mandi. basah yang tersisa di mulut setelah berkumur kumur tidak membatalkan puasanya, walaupun ia tertelan bersama ludah.

*5. Mencicipi makanan*

Ibnu abbas Radialallahu anhu berkata tidak mengapa bagi seorang yang berpuasa mencicipi cuka atau yang lainnya selagi tidak tertelan. (HR Ibnu Abi Syaibah dan Thabrani hadis hasan)

*6. Berbekam dan donor darah*

Pada awalnya berbekam adalah salah satu pembatal puasa berdasarkan Hadis,
Telah berbuka (batal puasa) orang yang membekam dan yang dibekam. (HR Abu Dawud No.2367)

Namun kemudian hadis ini di mansukh oleh riwayat lain yang menyatakan bahwa beliau ﷺ berbekam dalam keadaan berpuasa.
Dari ibnu abbas Radiallahu anhu bahwasanya Nabi ﷺ berbekam ketika sedang ihram dan beliau juga berbekam ketika sedang berpuasa.(HR Bukhari No.1938)

*7. Bersiwak*

Rasulallah  ﷺ bersabda:

لَوْلاَ أَنْ أَشُقَّ عَلىَ أُمَّتِي لأَمَرْتُهُمْ باِلسِّوَاكِ عِنْدَ كُلِّ صَّلاَةٍ

Kalau bukan karena akan memberatkan umatku maka akan kuperintahkan mereka untuk bersiwak setiap akan shalat. (HR Bukhari dan Muslim)

Karena tidak ada dalil yang melarang bersiwak  ketika sedang puasa maka hadis tentang keutamaan siwak ini berlaku umum baik bagi orang yang berpuasa maupun orang yang tidak berpuasa. Demikian pendapat imam Bukhari dan Ibnu Khuzaimah. (Fathul Bari IV/158)

*8. Bercelak*

Imam bukhari berkata dalam shahihnya Anas, hasan al basri dan ibrim an nakhi berpendapat bahwa celak tidak dapat membatalkan puasa seseorang. Pendapat ini di dukung oleh Syaikhul islam ibnu taimiyah murid ibnul qoyyim.

*9. suntik yang bukan sebagai pengganti makanan*

suntikan apabila tidak sebagai pengganti makanan maka tidak membatalkan puasa. Sebaliknya jika sebagai pengganti makanan maka membatalkan puasa. Hal ini sebagaimna penjelasa sebagian ulama seperti syaikh Muhammad bin Utsaimin dalam kitabnya Majalisu syahri Ramadhan hal 161.

*10. muntah dengan tidak sengaja*

jika ia terdesak untuk muntah dan keluar dengan sendirinya maka tidak ada qadha baginya. Ini berdasarkan hadis Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda

مَنْ ذَرَعَهُ قَىْءٌ وَهُوَ صَائِمٌ فَلَيْسَ عَلَيْهِ قَضَاءٌ وَإِنِ اسْتَقَاءَ فَلْيَقْضِ

Barangsiapa yang muntah menguasainya (muntah tidak sengaja) sedangkan dia dalam keadaan puasa, maka tidak ada qadha’ baginya. Namun apabila dia muntah (dengan sengaja), maka wajib baginya membayar qadha’.” (HR. Abu Daud, no. 2380; Ibnu Majah, no. 1676; Tirmidzi, no. 720.

*11. Makan minum karena lupa*

Jika seseorang makan dan minum dengan sengaja di siang hari maka puasanya batal.  Namun jika dalam keadaan lupa maka itu di maafkan. Dasarnya adalah hadis dari abu hurairah radhiyallahu anhu Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

*Barang siapa yang lupa sedang ia dalam keadaan puasa lalu ia makan atau minum maka hendaknya ia sempurnakan puasanya karena Allah yang memberi makan dan minum.  (HR Bukhari No. 1933 dan Muslim No. 1155)*

*H. PERKARA PERKARA YANG MEMBATALAKN PUASA*

*1. Makan dan minum dengan sengaja*

Jika ia makan dan minum karena lupa maka ia sempurnakan puasanya dan tidak ada kewajiban mengqodhanya. Jika ia sengaja makan dan minum maka wajib baginya untuk mengqodha puasanya.
Dasarnya adalah hadis dari Abu Hurairah Radiallahu anhu Rasulallah ﷺ bersabda :

مَنْ نَسِيَ وَهُوَ صَائِمٌ, فَأَكَلَ أَوْ شَرِبَ, فَلْيُتِمَّ صَوْمَهُ, فَإِنَّمَا أَطْعَمَهُ اَللَّهُ وَسَقَاهُ .

Barangsiapa yang lupa sedang ia dalam keadaan puasa lalu ia makan atau minum, maka hendaklah ia sempurnakan puasanya karena kala itu Allah yang memberi ia makan dan minum.(HR. Bukhari no. 1933 dan Muslim no. 1155).

*2. Muntah dengan sengaja*

jika ia terdesak untuk muntah dan keluar dengan sendirinya maka tidak ada qadha baginya. Ini berdasarkan hadis Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ ذَرَعَهُ قَىْءٌ وَهُوَ صَائِمٌ فَلَيْسَ عَلَيْهِ قَضَاءٌ وَإِنِ اسْتَقَاءَ فَلْيَقْضِ

Barangsiapa yang muntah menguasainya (muntah tidak sengaja) sedangkan dia dalam keadaan puasa, maka tidak ada qadha’ baginya. Namun apabila dia muntah (dengan sengaja), maka wajib baginya membayar qadha’.” (HR. Abu Daud, no. 2380; Ibnu Majah, no. 1676; Tirmidzi, no. 720.

*3. Haid dan nifas*

Siapa saja diantara wanita yang mengalami haid atau nifas walaupun sesaat terakhir dari siang hari, maka batallah puasanya dan harus mengqodha puasanya berdasarkan ijma ulama dan hadis Rasulallah ﷺ :

 *Bukankah apabila wanita haid tidak sholat dan tidak puasa ? itulah kekurangan agama seorang wanita. (HR Bukhari No.293)*

*4. Berniat membatalkan puasa*

Jika seseorang berniat dan bertekat kuat untuk membatalkan puasanya padahal ia tengah berpuasa secara sengaja dan ingat bahwa ia sedang berpuasa, maka batallah puasanya meskipun ia tidak makan dan tidak minum.karena setiap orang mendapatkan sesuai dengan apa yang diniatkannya. Dan karena itulah ibadah puasa tidaklah terlaksana kecuali dengan niat berpuasa.

*5. Bersetubuh*

Imam syaukani berkata: tidak ada perselisihan di kalangan ulama tentang batalnya puasa karena jima’ secara sengaja
Adapun apabila tanpa sengaja atau karena lupa sebagian ulama menggolongkan seperti orang yang makan dan minum.(karena lupa).
Ibnu qayyim dalam zadul maad II/66 berkata al qur’an telah menunjukkan bahwa berjima itu membatalkan puasa seperti halnya makan dan minum dan tidak ada perselisihan didalamnya.

*6. Suntikan yang berfungsi sebagai pengganti makanan*

Maksudnya adalah menyalurkan zat makanan ke dalam perut dengan memberi makanan bagi orang yang sakit. Suntikan seperti ini membatalkan puasa karena memasukkan makanan ke dalam tubuh orang yang berpuasa. (Lihat Haqiqatus shiyam ibnu Taimiyah 15)

*J. ORANG-ORANG YANG BOLEH TIDAK BERPUASA*

*1. Orang sakit*

Secara umum para ulama bersepakat orang yang sakit boleh tidak berpuasa, jika sembuh dari sakit wajib mengganti puasa yang telah di tinggalkan itu. Dalilnya adalah Firman Allah Ta'ala :

*Dan barang siapa sakit atau dalam perjalanan lalu ia berbuka maka wajib baginya berpuasa sebanyak hari yang di tinggalkannya itu pada hari hari yang lain. (Al Baqarah : 185)*

*2. Musafir*

Orang yang sedang melakukan perjalanan jauh yakni perjalanan yang sdh di perbolehkan untuk mengqashar sholat di syariatkan untuk tidak berpuasa, berdasarkan Firman Allah ta'ala (QS.Al Baqarah : 185)

Jika musafir berpuasa apakah sah puasanya???

Jumhur sahabat,  tabi'in dan Imam empat berpendapat bahwa berpuasa dalam perjalanan hukumnya sah.

*3. Kakek kakek, nenek nenek dan Orang yang sakit tidak  diharapkan kesembuhannya*

Para ulama telah sepakat kakek kakek nenek nenek yang tidak mampu berpuasa diperbolehkan untuk tidak berpuasa dan tidak wajib mengqadhanya. Kemudian para ulama berselisih pendapat dalam menetapkan kewajiban apa yang di bebankan kepada mereka, jika mereka tidak berpuasa. Jumhur ulama mereka berpendapat mereka wajib memberi makan satu orang miskin dalam setiap harinya. Berdasarkan Firman Allah ta'ala :

*Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah yaitu memberi makan seorang miskin. (Al Baqarah : 184)*

Adapun hukum orang yang sakit yang tidak bisa di harapkan lagi kesembuhannya, sama seperti hukum orang yang sudah tua renta.

*4. Wanita hamil dan menyusui*

Apabila seorang  wanita yang sedang hamil merasa khawatir jika ia berpuasa akan membahayakan janin yang ada di dalam kandungannya. Atau wanita yang sedang menyusui khawatir jika ia berpuasa akan membuat air susunya menjadi sedikit, maka ia boleh untuk tidak berpuasa menurut kesepakatan para ulama. Berdasarkan Hadits Rasulullah shallallahu alahi wasallam bersabda :

*Sesungguhnya Allah telah mengurangi setengah kewajiban sholat dari musafir, tidak diwajibkan puasa bagi musafir, wanita yang sedang hamil dan wanita yang sedang menyusui. (HR Ahmad IV/347)*

Para ulama berselisih pendapat dalam menentukan apa yang diwajibkan kepadanya jika tidak berpuasa. Ada lima pendapat. Namun pendapat yang paling Rajih bahwa Wanita hamil dan wanita menyusui boleh tidak berpuasa tapi harus memberi makan satu orang miskin dalam setiap harinya. Dan tidak perlu mengqadhanya.

*5. Wanita haid*

Wanita haid tidak  kewajiban puasa. Apabila berpuasa maka puasanya tidak sah dan ia berkewajiban untuk mengganti puasa yang di tinggalkan selama haid.

 *K.  SEPUTAR SHOLAT TARAWIH*

*1. Jumlah rakaat shalat Tarawih*

Jumlah rakaat yang paling afdhal dalam sholat tarawih adalah 11 rakaat. Berdasarkan hadis dari Aisyah radhiyallahu anha :

*Tidakkah Rasulullah shallallahu alahi wasallam sholat malam/tarawih lebih dari 11 rakaat baik di Bulan puasa maupun selainnya. (HR Bukhari No. 1079)*

*2. Pelaksanaan sholat tarawih secara berjama'ah lebih utama*

Hal ini berdasarkan argumen berikut ini:
A.  Adanya taqrir (ketetapan)  dari Rasulullah
B.  Adanya pelaksanaan Rasulullah
C.  Adanya penjelasan Rasulullah tentang keutamaan sholat tarawih berjama'ah.

*Barang siapa sholat bersama Imam hingga selesai maka di catat baginya sholat semalam suntuk. (HR Abu Dawud, Nasai, tirmidzi)*

*3. Waktu pelaksanaan sholat tarawih*

Waktu pelaksanaan sholat tarawih adalah terbentang luas dari setelah sholat isya hingga sholat subuh. (HR Ahmad di shahihkan oleh Albani dalam silailah as shahihah No. 108)

 *L.  KESALAHAN KESALAHAN  DIBULAN RAMADHAN*

Berikut ini kami paparkan secara ringkas kesalah kesalah yang banyak di lakukan kaum muslimin di Bulan Ramadhan.

1. Memperbanyak tidur di siang hari dan begadang  malam hari. Pemandangan seperti ini hampir kita jumpai hampir merata di masarakat. Kondisi ini di perparah oleh para da'i yang menyebarkan hadis dha'if.

*Tidurnya orang yang puasa adalah ibadah.  (HR Baihaqi)*

Hadis ini dha'if sebagaimana yang di jelaskan oleh Imam al munawi dalam kitab faidhul qodir syarh jamius shahir hadis No. 5972.

2. Menghabiskan untuk menonton sinetron di TV, mendengarkan musik, bermain game dll yang tidak bermanfaat dan menyia nyiakan waktu.

3. Menyegerakan sahur
Perbuatan ini sangat bertentangan dengan anjuran Rasulullah shallallahu alaihi wasallam agar mengahirkan sahur.

4. Berlebih lebihan dalam makan dan minum ketika berbuka puasa akibatnya malas untuk melaksanakan sholat magrib tepat waktu dan berjama'ah.

5. Menahan diri dari makan dan minum dengan berpegang pada jadwal imsak.

6. Mengakhirkan berbuka menunggu selesainya azan. Ini justru bertentangan dengan sunnah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam yang menganjurkan menyegerakan berbuka jika matahari telah terbenam atau telah masuk waktu berbuka.

7. Tidak menahan diri dari perkataan dan perbuatan kotor, keji dan marah.
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

*Barang siapa tidak meninggalkan perkataan dusta dan perbuatan menipu maka Allah tidak butuh terhadap puasanya. (HR Bukhari No. 1770)*

8. Sholat tarawih dengan sangat cepat.

9. Imam mengucapkannya *"Shollu sunnatan tarawihi rahimakumullah"*

10. Mengucapkan sholawat di sela sela berdiri menuju Rakaat berikutnya.

11. Berjabat tangan setelah salam dari sholat witir

12. berzikir bersama dengan dipimpin Imam setelah selesai sholat tarawih

13. Mengucapkan niat puasa untuk keesokan harinya secara bersama sama dan membaca sholawat secara bersama sama dengan di keraskan

14. Semangat untuk melaksanakan sholat tarawih tetapi lalai untuk melaksanakan sholat wajib berjama'ah, mereka lebih mendahulukan amalan sunnah daripada amalan wajib.

15. Ziarah kubur menjelang hark Raya sebab ziarah tidak hanya di khususkan pada hari tertentu.

Wallahu A'lam bish shawab......

Alhamdullilah Ringkasan Fiqih puasa Ramadhan sudah selasai kita bahas semoga bermanfaat dan menjadi bekal kita untuk menyambut Bulan yang penuh berkah dengan Ilmu, Taubat, dan doa agar Allah memudahkan kita dalam melaksanakan amalan2 dibulan Ramadhan.


Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "RINGKASAN FIQIH SYIYAM (PUASA RAMADHAN) "

Post a Comment